Sejujurnya sudah banyak review atau ulasan mengenai novel satu ini. Nama besar sang penulis dan legenda Supernova tentu menjadi daya tarik utama dari ‘Partikel’. Review ini cukup sebagai pemuas diri saja, karena saya telah menyelesaikan ‘Partikel’.
Dee. Nama penulis ini membuat harapan saya melambung tinggi saat pertama mendengar ‘Partikel’ telah terbit. Harapan akan cerita yang apik dan berbobot. Mengingat saya selalu terpukau dengan keahlian menulis Dee dari buku-bukunya sebelumnya : tiga buku Supernova, Filosofi Kopi, atau Madre. Dan ya, harapan saya Dee penuhi. ‘Partikel’ menyuapi saya dengan hidangan pembuka berupa bahasa khas Dee yang puitis namun mengalir, hidangan utama : konflik klimaks yang membawa saya hanyut ke dalam dimensi cerita, dan hidangan penutup : singgungan kisah tentang Bodi dan Elektra dari kisah Supernova sebelumnya.
Tidaklah perlu ingat cerita Supernova sebelumnya untuk membaca seri ini. Ceritanya tak menyatu. Namun, sedikit pengetahuan tentang ‘Akar’ dan ‘Petir’ mungkin boleh juga. ‘Partikel’ berkisah tentang pencarian seorang Zarah akan sosok yang dia cintai. Perjuangan Zarah dalam memaknai hidupnya, setelah dia sendiri tak tahu apa makna dari hidup itu sendiri. Zarah, anak seorang penggila botani mencerminkan sosok seorang pemberontak yang cerdas. Seakan dia titisan Athena yang pandai, Aphrodite yang cantik, dan Artemis yang tangguh sekaligus.
Namun ada sisi dari ‘Partikel’ yang mungkin ~in my humble opinion 😉 ~ harus dicerna dengan cerdas. Saya rasa novel ini begitu jelas mengantarkan pesan tentang atheisme atau sekulerisme. Oke, tidak ada yang salah memang dengan isi novelnya sendiri. Namun saya hanya takut kalau sosok Zarah dalam novel ini mampu memberikan suatu utopia bagi para pembaca akan sebuah kehidupan Zarah yang begitu “nikmat” dengan wataknya yang “seperti itu”. Once again, that’s just my opinion. Overall, novelnya sendiri bagus, saya beri bintang 4 pada goodreads saya. Oh ya, dan tampaknya ini bakal berlanjut ke novel Supernova kelima, suatu pentalogi. Dee sekali lagi berhasil mengukuhkan posisinya sebagai penulis papan atas Indonesia.